Dimana Idealnya ?
Sesuai dengan kondisi zaman, metode
jurus penggalian tenaga dalam adalah mempertahankan metode-metode tempo
dulu. Cuma, harus sudah mulai merenovasi minat atau program batin. Jika pada zaman dulu lebih memprogram tumbuhnya kekuatan tenaga dalam (kanuragan),
pada zaman sekarang lebih menuntut pada kesehatan jasmani dan rohani.
Secara berimbang, ini lebih eksis dengan program Pemerintah tentang
Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya.
Kesimpulan ini saya dapatkan ketika saya mencoba mengevaluasi hampir dua dasa warsa saya menggeluti olah raga pernapasan.
Pada
masa-masa tersebut, saya lebih merasakan seringnya berkelahi dengan
syetan ( baca : hawa nafsu ). Problem kehidupan yang kalah berarti
stress.
Sedangkan beladiri yang berasal dari
serangan fisik (manusia) , seingat saya baru dua kali. Itupun (pertama)
karena membela orang lain yang teraniaya dan klimaksnya selesai dengan
adu mulut tanpa harus memanfaatkan jurus-jurus beladiri pencak silat
pernapasan.
(kedua) ketika di lingkungan
dekat saya ada pencuri sebanyak tiga orang dan sebenarnya yang dicuri
adalah milik tetangga yang pada saat itu tidak ada di rumah. Saya
terpaksa menggunakan jurus-jurus beladiri yang saya miliki karena saya
mendapatkan serangan fisik dari para pencuri yang jumlahnya tiga orang
dan semuanya memegang senjata tajam. Saya pada saat itu sendiri dan
tanpa senjata apa-apa.
Ringkasnya, semua senjata yang dipegang para
pencuri terlepas dan terpental jauh dan para pencuri berusaha melarikan
diri. Karena saya seorang diri, tidak mungkin saya bisa memegang semua
pencuri. Akhirnya saya hanya dapat meringkus seorang pencuri dan saya
serahkan kepada pihak berwajib setelah pencuri itu babak belur dihakimi
masa.
Dan
ketika pencuri itu dalam masa persidangan di kantor Pengadilan saya
sempat ketemu anak dan istrinya. Karena saya diundang untuk hadir sebagi
saksi dalam sidang. Anaknya laki-laki dan saat itu kira-kira masih
berumur delapan tahun.
Setelah
sidang selesai dan pencuri dijatuhi hukuman empat bulan potong tahanan,
saya sempatkan untuk menemui anak dan istri pencuri itu. Saya minta
maaf kepada pencuri (yang saat itu dekat dengan anak istrinya) , minta
maaf kepada istri pencuri juga anaknya.
Setelah
saya minta maaf kepada mereka Pegawai Rutan mengajak sang pencuri
untuk menuju mobil Tahanan. Pencuri itupun berpamitan kepada istrinya,
mereka saling berpelukan dan di kedua mata mereka mengucur air mata.
Yang
sangat memukul telak terhadap batin dan nurani saya saat itu ketika
istri pencuri mengajak anaknya untuk pulang "Ayo nak pulang, Bapak masih
akan cari duit". Apa jawab sang anak "Buk, aku tidak mau pulang. Aku
ikut Bapak. Aku tidak mau pulang kalau tidak dengan Bapak".
Begitu
mendengar ucapan anak tersebut, tidak terasa dan tanpa saya sadari
sayapun meneteskan air mata dan serasa seluruh tubuh saya lemas tak
berdaya. Saya merasakan pukulan telak terhadap diri saya. Saya tidak
bisa berbuat apa-apa. Akhirnya saya bergegas meninggalkan mereka setelah
saya berikan selembar uang kertas yang tak seberapa nilainya kepada
anak pencuri itu. Ternyata saya bukanlah orang yang kuat.
Kisah di atas adalah sebuah kisah nyata yang saya alami sendiri.
Dengan
demikian memang benar adanya bahwa Rasulullah pernah berkata bahwa orang
yang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan musuh-musuhnya, tetapi
mereka yang kuat adalah orang-orang yang mampu menahan amarah atau
nafsunya.
Karena
pada kenyataannya musuh yang paling sering kita hadapi dan sangat berat
untuk menundukkannya adalah hawa nafsu ; musuh yang tidak nampak oleh
mata kita, musuh yang ada dalam diri kita sendiri ; emosi, hawa nafsu
dan amarah
Dikir dan Olah Nafas
Beberapa perguruan tenaga dalam masih menghadapi beberapa kendala dalam memodifikasi olah nafas dan dikir. Masalahnya :
a. karena ke-sembilan asma'ul husna sudah mentradisi dan terlanjur "dimantrakan" jika dibanding manfaatnya sebagai ibadah Dikir.
b. jurus-jurus pernafasan yang terdapat
di perguruan beladiri memiliki aturan nafas yang benar-benar sangat
berbeda jika dibandingkan dengan aturan-aturan nafas yang ada dalam
nafas-dikir.
Sebagai contoh, rangkaian gerak jurus tarik-dorong ataupun tarik-tahan-buang.
Orang-orang
yang memprogram aktifitas tersebut sebagai sarana untuk melatih secara
fisik dan memperolah ketentraman batin yang akan memasukkan unsur dikir
di dalamnya.
Yaitu tarikan nafas
disertai dikir "Alloh" dan hembusan nafas disertai dikir "Alloh-Huu",
memiliki nilai-nilai spesifik. Singkat lafalnya, mudah diingat dan
memiliki hikmah yang sangat luas. Diantaranya untuk menghadirkan kalimah
suci ke dalam hati, bermakna dikir dan Alloh telah menjajikan bahwa
hanya dengan mengingatNya (dikir) hati menjadi lebih kuat dan tentram.
Karena
itulah, setiap kali ada orang hendak berlatih olah nafas atau tenaga
dalam, terlebih dahulu ditanya apa motivasinya. Jika yang diinginkan
hanya sekedar keluar keringat, genjot saja olah fisik dan nafasnya.
Jika yang diinginkan kebugaran jasmani dan rohaninya, harus digenjot fisik , nafas dan dikirnya.
Kenyataannya orang-orang modern memilih
yang terakhir, karena mereka menyadari, lawan yang dihadapi bukan
sekedar penyakit dari luar, tetapi penyakit rohani yang bersumber dari
dalam diri seseorang. yang justru menyebabkannya menjadi kalah, ambruk
dan hancur.
Untuk
menghadapi masalah tersebut, tak ada jalan lain kecuali meningkatkan
antibodi yang bersumber dari keselarasan, keseimbangan dan kesehatan
jasmani rohani.
Salah satunya adalah melakukan gerak jurus beladiri, olah nafas dan dikir.
Hakiki
Diprogram atau tidak, olah pernafasan
yang disertai dikir jelas memiliki nilai lebih. Disamping mempengaruhi
ketentraman batin juga berpengaruh terhadap ketajaman indera keenam.,
sekaligus bentuk latihan (membiasakan diri) untuk mengingat Alloh.
Sehingga seseorang akan selalu dituntut oleh bisikan hati dan batinnya
untuk melakukan dikir di luar program jurus nafasnya.
Dan inilah yang disebut "dikir hakiki", yaitu dikirnya seluruh anggota badan di dalam mengingat Alloh.
Diawali
dari latihan dikir ketika menggeser kaki, atau mengayunkan tangan di
saat latihan jurus-jurus beladiri maupun jurus-jurus tenaga dalam.
Diharapkan
latihan-latihan tersebut akan diaktualisasikan pada hakikatnya dikir,
yaitu dikirnya seluruh anggota badan dalam menjalani kehidupan.
Semoga Alloh menjadikan kita semua menjadi insan kamil. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar